Alaku
Alaku

Dari Tanah Sawah Menuju Pena: Kisah Hidup Helda Heldi Salman

Rejang Lebong – Pena Serawai

Namaku Helda Heldi Salman. Aku lahir di sebuah desa kecil yang tenang bernama Padang Jati, kecamatan luas, Kabupaten Kaur Tengah, pada 9 Juli 1982. Di sanalah aku tumbuh — di antara hamparan sawah, deru angin, dan aroma tanah yang selalu mengajarkan arti kerja keras.

Ayahku, A. Rahman Majib, adalah sosok petani sejati, lelaki yang tangguh meski kulitnya terbakar matahari. Ibuku, Rosdiana, putri dari Guru Salam di Desa Ganda Suli, adalah perempuan berhati lembut, tulang punggung doa yang tak pernah berhenti. Mereka bukan orang kaya, tapi mereka menanamkan nilai paling berharga dalam hidupku: jujur, sabar, dan tidak menyerah pada keadaan.

Aku tumbuh di tengah keluarga sederhana dengan empat bersaudara laki-laki.
Kakakku Doni Ekwansyah, selalu jadi contoh dan pelindung kami.
Aku sendiri anak kedua — yang sejak kecil belajar berdiri di atas kaki sendiri.
Lalu ada Karnidawan dan si bungsu Saputra Kirana, dua adik yang menjadi semangat keluarga kami.

Kami hidup dari hasil tani. Kadang cukup, kadang pas-pasan. Tapi satu hal yang tidak pernah hilang dari rumah kami: senyum dan rasa syukur.

Kini, waktu telah berjalan jauh. Aku sudah menjadi seorang suami dan ayah.
Istriku, Nova Trisnawati, adalah perempuan yang selalu menemani langkahku, baik dalam senang maupun sulit. Dari rahimnya lahir tiga cahaya kehidupan kami:

Yoga Andrean Salman, anak sulung yang kini menempuh kuliah — cita-citanya tinggi, semoga ia bisa melampaui langkah ayahnya.

Yovanda Azalia Salman, gadis kecil yang manis dan rajin belajar di kelas 6 SD.

Jaselio Rafiski Salman, si bungsu berumur tiga setengah tahun, pelipur lara setiap kali lelah pulang mencari berita.

Kami tinggal di Kelurahan Simpang Nangka, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong. Hidup kami sederhana, tapi penuh kedamaian. Aku selalu percaya, hidup akan terasa indah bila kita pandai bersyukur.
Karena bagiku, harta paling berharga bukanlah uang, melainkan keluarga yang utuh dan saling menguatkan.

Tahun 2023, aku memulai perjalanan baru — menjadi seorang jurnalis. Profesi yang awalnya hanya kujalani dengan rasa ingin tahu, kini menjadi panggilan hati. Aku menyusuri jalan kampung, berbincang dengan masyarakat kecil, menulis tentang mereka yang sering luput dari perhatian. Aku sadar, menulis adalah cara untuk mengabdi.

Kemudian datang tahun 2025, bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Di bulan suci itulah aku membulatkan tekad untuk melangkah lebih jauh. Aku mendirikan Media Online Pena-Serawai.com, di bawah nama PT. Salman Serawai Media.
Media ini bukan sekadar usaha, tapi perjuangan hidup. Dari bawah, dari nol.

Setiap hari aku menapaki tanah, menempuh hujan dan panas, masuk kampung keluar kampung mencari berita. Semua kulakukan dengan hati, agar Pena Serawai bisa menjadi suara bagi rakyat kecil, dan menjadi kebanggaan bagi keluarga.

Aku tahu, jalan ini tidak mudah. Tapi aku percaya, selama niatnya tulus, setiap langkah akan dibimbing oleh Allah.

Doaku sederhana:
“Ya Allah, jadikan pekerjaan ini berkah untuk keluarga. Jadikan setiap tulisan sebagai amal, bukan sekadar berita.”

Kini aku menatap masa depan dengan penuh harapan. Semoga Media Pena Serawai tumbuh menjadi media yang selalu dekat di hati, membawa cahaya bagi masyarakat, dan menjadi ladang kebaikan bagi semua.

Karena bagiku, hidup bukan tentang seberapa tinggi kita bisa berdiri, tapi seberapa kuat kita tetap melangkah, meski dengan kaki yang lelah.

Helda Heldi Salman
Rejang Lebong, 2025
Pena Serawai – Selalu Dekat di Hati ❤️

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *