Alaku
Alaku

Dua Kasus Pencabulan Anak, Luka Sosial yang Mengoyak Rejang Lebong

Pena-Serawai.com– Rejang Lebong
Dua kasus pencabulan anak di Rejang Lebong dalam waktu berdekatan menjadi tamparan keras bagi nurani kita semua. Dua pelaku, sama-sama berprofesi sebagai petani, sama-sama melakukan perbuatan keji terhadap anak di bawah umur, bahkan salah satunya terhadap keponakannya sendiri.

F, warga Desa BS, tega mencabuli keponakan perempuannya yang baru berusia 9 tahun. Sementara PK, warga Desa BM, memperdaya dua anak tetangganya dengan iming-iming uang agar bungkam.
Kedua pelaku ini melakukan hal yang sama: menodai masa depan anak-anak yang seharusnya menikmati masa indahnya sebagai anak-anak.

Tragisnya, semua ini terjadi di lingkungan yang seharusnya paling aman yaitu desa sendiri.
Desa, yang dulu menjadi simbol kehangatan kini mulai kehilangan maknanya. Di balik tanaman petani desa yang hijau dan kehidupan sederhana desa, ternyata masih bersembunyi wajah gelap kekerasan seksual terhadap anak.
Kasus ini bukan hanya tentang dua pelaku bejat. Ini tentang kita semua, kita masyarakat yang masih kurang peka dalam mengawasi anak-anak di lingkungan sekitar kita.
Kita harus berani mengakui bahwa benteng sosial kita mulai rapuh.
Anak-anak sering dibiarkan bermain tanpa pengawasan, sementara predator justru datang dari orang-orang terdekat. Keterbatasan ekonomi dan kurangnya edukasi tentang perlindungan anak semakin memperparah keadaan ini.

Polisi boleh menahan pelaku dan pengadilan boleh menjatuhkan hukuman. Tapi pertanyaannya: apakah kita sudah benar-benar melindungi anak-anak dilingkungan kita agar tidak menjadi korban berikutnya?
Sudah waktunya setiap warga, perangkat desa, guru, dan tokoh agama turun tangan. Jangan biarkan desa menjadi tempat yang menakutkan bagi anak-anak.
Ajarkan anak untuk berani berbicara, jangan remehkan tanda-tanda perubahan perilaku mereka, dan jangan biarkan pelaku bersembunyi dan berlindung di balik status keluarga atau tetangga.

Anak-anak adalah cermin masa depan Rejang Lebong. Jika rasa trauma mereka lahir karena ulah manusia keji dari orang disekitar kita, maka yang ternoda bukan hanya tubuh kecil itu, melainkan harga diri kita sebagai masyarakat ikut terkoyak.

(Salman, Rian)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *